Sejauh angan inginkan torehan
bermakna, sejauh itu pula hatiku bermaksud mendatangimu dengan kata-kata
yang kupilih dan kupilah dari keindahan
yang berada dalam renungan jiwa dari kurun waktu yang menghampiriku selalu.
Apalah hendak dicaci, bukan maksud hati melukai dengan irama pada susunan
kata-kataku. Tapi, aku hanya ingin satu; menyapa rembulan melalui senyum pada
buaian rindu kata.
Kala mutiaraku, kau anggap besi
berkarat. Atau mutiaraku kau kira hanyalah secuil percuma, maka aku pertaruhkan
permohonan maafku kepadamu. Bahwa, saat ini aku cuma salah seorang perindu
keindahan, yang tiada jemu mengharapkan hujan gemerlap turun membasahi
relung-relung hati yang penuh sesak dengan harapan.
Selembar dan selembar dirimu rela
membuka halaman buku Kata Mutiaraku ini, kupancangkan berjuta hasrat agar
engkau mengerti akan keindahan yang kubentangkan. Tiada lain, selain dirimu
kemudian berucap lirih dalam anggukan jika hatimu telah menerima apa goresan kata
yang tersirat dalam Kata Mutiaraku. Bila tersalah, maafkanlah aku!
Posting Komentar